Minggu, 30 Juni 2013

Jujur membuat kita tenang

         Pengertian Jujur, suatu sikap yang tidak mudah untuk dilakukan, jika hati tidak benar – benar bersih. Jujur merupakan keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar / jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran adalah perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang berlaku, manusia selalu dituntut untuk berlaku jujur, baik dalam perkataan, perbuatan dan keyakinannya serta dalam pelaksanaan semua ajaran agama.

Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana  yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seseorang yang berbuat riya tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang disembunyikan (di dalam batinnya).
Jujur dapat diartikan bisa memjaga amanah, jujur merupakan salah satu sifat manusia yang mulia. Orang yang memiliki sifat jujur biasanya mendapat kepercayaan dari orang lain. Sifat jujur merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan umum karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah. Amanah adalah ibarat barang titipan yang harus dijaga dan dirawat sungguh – sungguh dan penuh tanggungjawab.
Sebagian orang memiliki pandangan yang salah kaprah terhadap kejujuran, mereka neranggapan bahwa saat ada keinginan untuk berbohong terhadap suatu hal, maka kejujuran dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan dan membuat hati tidak tenang. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya, kejujuran itulah yang sebenarnya dapat membuat kita tenang.
            Orang jujur umumnya akan bertanggungjawab penuh akan segala yang diberikan atau dibebankan kepadanya maka pasti ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan kewajibannya tersebut dengan sungguh – sungguh. Selain itu orang yang dalam lubuk hatinya mengalir darah kejujuran, maka ia tidak akan sanggup menyakiti atau melukai perasaan orang lain.
Banyak orang mengejar kebahagiaan dibalik kemegahan materi, padahal itu semua hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah swt dan sebagai hamba-Nya, jangan basa – basi dan jangan setengah – setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga kehirmatan diri dan harta suami dan benar- benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi asa musyawarah dan bekerja keras untuk menegakkan keadilandan memastikan kesejahteraan bawahannya atau rakyatnya.
Kejujuran menjadikan setiap persoalan semakin nyata dan jelas sehingga kondisi ini dapat mengantarkan seseorang merasakan ketenangan hidup seperti yang yang didambakan. Itu artinya, kejujuran bisa memudahkan banyak hal. Akan tetapi, seringkali kita beranggapan bahwa kita bisa mengalami kesulitan manakala melakukan kejujuran.
Karena kita sudah meyakini bahwa tidak ada kemudahan dalam kejujuran, terkadang kita mencoba mencari kemudahan itu dengan cara berbohong. Disinilah sebenarnya perangkap itu tersembunyi. Kita merasa seperti mendapatkan kemudahan dengan cara melakukan kebohongan, sehingga menganggap bahwa tidak ada jalan lain untuk mendapatkan kemudahan itu, kecuali dengan cara berbohong, meski pada dasarnya “kemudahan” itu menggiring kita pada banyak kesulitan.
Sumber :
http ://hikmah-kata.blogspot.com : Pengertian dan Hakekat Jujur menurut Islam
Amir Fasisol Fath. 2013,. Inilah Lima Keutamaan Hidup Jujur. http://www.republika.co.id.

Nurla Isna Aunillah. 2012,. Pengaruh Jujur dan Bohong bagi Kesehatan, menurut Al-Qur’an dan Hadits.

PERILAKU KESEHATAN : Tingkatan dan Ciri – ciri Sikap

Tingkatan Sikap :
1.      Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah – ceramah.

2.      Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatau indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3.      Menghargai (valuting)
Mengaja orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya ;  seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dsb). Untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tsb telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4.      Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misal ; seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Ciri – ciri sikap :
1.      Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif – motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2.      Sikap dapat berubah – ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang – orang bila terdapat keadaan – keadaan dan syarat – syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3.      Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4.      Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut
5.      Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan – kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang. 

Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Budiharto, 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.
A.Wawan  dan Dewi M, 2010., Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Soekidjo Notoatmodjo, 2003., Ilmu Kesehtan Masyarakat prinsip – prinsip dasar.



Sabtu, 29 Juni 2013

SIKAP DALAM KESEHATAN

PERILAKU KESEHATAN : Sikap Manusia
Pengertian :
Sikap adalah suasana batin atau hasil dari proses sosialisasi yaitu reaksi seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya (Budiharto, 2010). Menurut Notoatmodjo (2003), Sikap respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sedangkan menurut Krech dan Cruthfield, dalam Wawan dan Dewi (2010) sikap adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap.

Manifestasi sikat itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari – hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tidakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “pre disposisi” tidakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.
Komponen yang membentuk sikap :
1.      Komponen kognitif (komponen perseptual)
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
2.      Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positip, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positip dan negatip.
3.      Komponen Konatif (komponen perilaku, atau action component)
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.

Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Budiharto, 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.
A.Wawan  dan Dewi M, 2010., Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Soekidjo Notoatmodjo, 2003., Ilmu Kesehtan Masyarakat prinsip – prinsip dasar.



Kamis, 27 Juni 2013

Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Perhatian terhadap permaslah kesehatan terus dilakukan terutama dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma sehat. 

Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehatini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.
Tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah :
1.      Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan  bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2.      Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3.      Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan sesungguhnya mempunyai pengertian yang sangat luas. Masyarakat yang mampu atau masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan apabila
1.      Mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi masalah – masalah kesehatan, terutama di lingkungan atau masyarakat setempat. Agar masyarakat mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, masyarakat harus mempunyai pengetahuan kesehatan yang baik (health litarasi). Pengetahuan kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya yang harus dimiliki oleh  masyarakat, sekurang – kurangnya sbb :
a.       Pengetahuan tentang penyakit.  
b.      Pengetahuan tentang gizi dan makanan, yang harus dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan seseorang.  
c.       Perumahan sehat dan sanitasi dasar yang diperlukan untuk menunjang kesehatan keluarga atau masyarakat.  
d.      Pengetahuan tentang bahaya – bahaya merokok, dan zat – zat lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau kecanduan yakni narkoba.
2.      Mampu mengatasi masalah – masalah kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
Masyarakat mampu menggali potensi – potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka.
3.      Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individual, kelompok, atau masyarakat dari macam – macam ancaman kesehatan.
Pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang tinggi, masyarakat mampu memelihara dan melindunginya dari ancaman kesehatan, menganantisipasi dengan cara pencegahan.
4.      Mampu meningkatkan kesehatan, baik individual, kelompok, maupun masyarakat.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat :
Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri.
Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
1.      Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2.      Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
3.      Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan 
4.      Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5.      Desentralisasi
Memberikan pada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya
Dalam proses pemberdayaan hendaknya meliputi :
1.      Enabling (menciptakan suasana kondusif).
2.      Empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakt)
3.      Protecting (perlindungan dari ketidakadilan)
4.      Suporting (bimbingan dan dukungan)
5.      Foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang.
Strategi pokok :
1.      Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2.      Meningkatkan akes masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
3.      Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
4.      Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :

Soekidjo Notoatmodjo, 2007,.  Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Rabu, 26 Juni 2013

Pengertian, Penyebab Atherosklerosis

Pengertian Atherosklerosis ;
Keadaan pengerasan dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan lubang arteri, akibat dari akumulasi bahan lemak seperti kolesterol.

Atherosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan aorta, cabang – cabangnya yang besar dan arteri yang sedang (seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian – bagian ekstremitas, otak, jantung, dan organ dalam utama. Atherosklerosis tidak menyerang arteriol dan juga tidak melibatkan sirkulasi vena.
Proses patologis terjadinya gangguan / penyakit jantung berkaitan dengan proses atherosklerosis. Konsekuensi adanya atherosklerosis adalah penyempitan liang pembuluh darah yang akan menimbulkan insufiensi (kekurangan) oksigen dan makanan yang dialirkan pembuluh darah tersebut.
Riwayat alamiah atherosklerosis dapat dimulai sejak masa kanak – kanak dengan terbentuknya garis lemak (fatty streaks), lalu plak fibrosa, dan menyusul kalsifikasi. Kekakuan pembuluh darah ini pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan lanjut sesuai organ yang diserang.
Akibat atherosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang. Jika arteri berukuran sedang seperti cabang utama arteria koronaria dengan garis tengah lumen beberapa milimeter, artherosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total lumen. Sedangkan artheriosklerosis yang berukuran besar seperti aorta , dapat mengurangi keelastisan lapisan otot, yang dapat menyebabkan aneurisma (penggembungan dinding arteri)
Akibat atherosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang. Jika arteri berukuran sedang seperti cabang utama arteria koronaria dengan garis tengah lumen beberapa milimeter, artherosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total lumen. Sedangkan artheriosklerosis yang berukuran besar seperti aorta , dapat mengurangi keelastisan lapisan otot, yang dapat menyebabkan aneurisma (penggembungan dinding arteri)
Akibat atherosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang. Jika arteri berukuran sedang seperti cabang utama arteria koronaria dengan garis tengah lumen beberapa milimeter, artherosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total lumen. Sedangkan artheriosklerosis yang berukuran besar seperti aorta , dapat mengurangi keelastisan lapisan otot, yang dapat menyebabkan aneurisma (penggembungan dinding arteri)
Akibat atherosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang. Jika arteri berukuran sedang seperti cabang utama arteria koronaria dengan garis tengah lumen beberapa milimeter, artherosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total lumen. Sedangkan artheriosklerosis yang berukuran besar seperti aorta , dapat mengurangi keelastisan lapisan otot, yang dapat menyebabkan aneurisma (penggembungan dinding arteri)

Faktor Risiko Atherosklerosis :
Banyak faktor yang secara umum berkaitan dengan risiko peningkatan proses artherosklerosis.
1.      Faktor yang tidak dapat diintervensi.
a.       genetik / riwayat keluarga,
b.      usia,
c.       jenis kelamin,
d.      anatomi coronaria,
e.       profil lipoprotein, dan
f.       metabolik
2.      Faktor yang dapat diintervensi
a.       Rokok
b.      Hipertensi
c.       Hiperkolesterolemia
d.      Obesitas
e.       Hiperglisemia
f.       Faktor riwayat keluarga dengan iskemik jantung
3.      Faktor perilaku
a.       Kurang gerak
b.      Stres / tegangan sosial

Pencegahan Atheroskerosis :
Atherosklerosis semata tidak memberi arti dan ancaman kesehatan yang berbahaya, namun merupakan awal dari kebanyakan penyakit jantung yang akan berlanjut.
Pencegahan :
a.       Menjaga pola makan
b.      Makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol
c.       Menjaga tetap melakukan aktifitas fisik / beolah raga
d.      Mengelola stres
e.       Berhenti merokok
f.       Menjaga tekanan darah, gula dan berat badan tetap normal.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :
M.N. Bustam,2007., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

Sumber : IP. Suiraoka, 2012., Penyakit Degeneratif, mengenal, mencegah dan mengurangi faktor risiko 9 penyakit degeneratif.

Pengertian, Penyebab Osteoporosis.

Pengertian, Penyebab Osteoporosis.
Pengertian Osteoporosis;
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang, ini paling sering ditemukan pada masyarakat berkembang terutama pada wanita tua pasca menopause. Gangguan tulang dengan ciri penipisan tulang dan gangguan arsitektur tulang yang berdampak pada tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis tidak memberikan gejala yang khas, sehingga tidak menyadari adanya proses kemunduran pada tulang. Untuk mengukur kepadatan tulang digunakan densinomeri tulang.
Gejalaawal terjadinya kerapuhan tulang :
a.       Nyeri pada tulang saat melakukan gerakan membungkuk atau jongkok.
b.      Nyeri pada tulang belakang sebagai akibat tulang rawan diantara ruas tulang belakang semakin tipis dan mengeras
c.       Tubuh menjadi lebih pendek dari sebelumnya.

Faktor risiko osteoporosis :
a.       Penggunaan obat – obatan
b.      Usia
c.       Jenis kelamin
d.      Riwayat keluarga
e.       Konsumsi alkohol
f.       Merokok
g.      Kekurangan zat gizi, terutama vitamin dan mineral penting untuk pembentukkan tulang.
h.      Kurang aktifitas fisik
i.        Minuman ringan.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :
M.N. Bustam,2007., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

Sumber : IP. Suiraoka, 2012., Penyakit Degeneratif, mengenal, mencegah dan mengurangi faktor risiko 9 penyakit degeneratif.