Rabu, 31 Juli 2013

MOTIVASI : Teori Maslow

Teori Kebutuhan Maslow
Teori Motivasi dari Maslow, dalam Notoatmodjo (2007) mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan materil (biologis) dan kebutuhan non materi (psikologis), Maslow mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan – kebutuhan manusia itu bertingkat – tingkat atau sesuai  dengan “hierarki”, dan menyatakan bahwa

1)  Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan ini menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini bersifat terus – menerus, dan selalu meningkat.
2)  Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat.
3)   Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang berjenjang atau bertingkat – tingkat. Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif – motif yang bersifat psikologis tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar (biologis) tersebut terpenuhi.

4)    Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling kait mengait, tetapi tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut

Hirarki Kebutuhan menurut Maslow :

Actualization needs
(aktualisasi diri)

Esteem needs
(kebutuhan penghargaan)

affiliation / acceptance needs
(berafiliasi, diterima oleh orang

affiliation / acceptance needs
(berafiliasi, diterima oleh orang lain)

Security or safety needs 
(kebutuhan rasa aman)

Physiological needs 
(kebutuhan fisiologi)



Selasa, 30 Juli 2013

MOTIVASI : Teori Motivasi Sosial

Teori Motivasi.
Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhandan keinginan dari hasil pekerjaannya.

Dalam konteks psikologi, pemahaman mengenai motivasi dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya ; durasi, kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan (ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan), devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan (Latipah, 2012).
Teori Motivasi Sosial (McClelland).
Menurut McClelland dalam Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi dengan orang lain, maka motif ini sering juga disebut motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari iini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologisnya misalnya makan, minum, seks dan kebutuhan – kebutuhan biologis yang lain. Sedangkan motif sekunder adlah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial.
Selanjutnya motif sosial ini oleh Clevelland dibedakan menjadi 3 motif, yakni :
1.      Motif untuk berprestasi (need for achievement);
2.      Motif untuk berafiliasi (need for affiliation);
3.      Motif untuk berkuasa (need for power).
1)   Motif berprestasi
Berprestasi  adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mngerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari sebelumnya, dan bila mungkin untuk lebih baik dari orang lain. Di dalam dunia kerja atau organisasi, motif  berprestasi ini ditampakkan atau diwujudkan dalam perilaku kerja atau kinerjayang tinggi, selalu ingin bekerja lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari orang lain, serta mampu mengatasi kendala – kendala kerja yang dihadapi.
Secara rinci pencerminan motif berprestasidalam dunia kerja antara lain sebagai berikut :
a)    Berani mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan – perbuatannya
b)   Selalu mencari umpan balik terhadap keputusanatau tindakan – tindakannya yang berkaitan dengan tugasnya
c)    Selalu berusaha melaksanakan pekerjaaannya atau tugasnya dengan cara – cara atau inovatif  dan kreatif
d)   Senantiasa tidak atau belum puas terhadap setiap pencapain kerja atau tugas, dan sebagainya.
2)   Motif  berafiliasi
Manusia adalah makhluk sosial, oleh sebab itu manusia menjadi bermakna dalam interaksinya dengan manusia lain.
Penerminan motif berafiliasi di dalam perilaku sehari – hari dalam organisasi kerja, antara lain sebagai berikut :
a)      Senang menjalin “pertemanan” atau persahabatan dengan orang lain terutama dengan peer group-nya
b)      Dalam melakukan pekerjaan atau tugas lebih mementingkan team work dari pada kerja sendiri.
c)      Dalam melakukan tugas atau pekerjaan lebih merasa efektif bekerja sama dengan orang lain dari pada sendiri
d)     Setiap pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas cenderung minta persetujuan atau kesepakatan orang lain atau kawan sekerjanya, dan sebagainya.
3)   Motif berkuasa
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain, baik dalam kelompok sosial kecil maupun kelompok sosial besar. Motif untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain ini oleh Clevelland disebut motif berkuasa.
Motif berkuasa ini adalah berusaha mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, yakni kekuasaan dengan jalan mengontrol atau menguasai orang lain.
Pencerminan motif berkuasa ini dalam kehidupan sehari – hari antara lain seperti tersebut dibawah ini :
a)      Selalu ingin mendominasi pembicaraan – pembicaraandalam pergaulan dengan orang lain terutama dalam kelompok
b)      Aktif dalam menentukan atau pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan kelompok atau pekerjaan.
c)      Senang membantu atau memberikan pendapat kepada pihak lain, meskipun tidak dimintanya
d)     Senang menjadi anggota suatu organisasi atau perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise, dan sebagainya.
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Soekidjo Notoatmodjo, 2012., Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.



MOTIVASI : Pengertian dan Tujuan

Pengertian dan Tujuan Motivasi.
Pengertian Motivasi.
Motivasi berasal dari kata dasar motif, yang mempunyai arti suatu perangsang, keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

Dalam konteks pengembangan organisasi, Flipo (1984) dalam Notoatmodjo (2007)  dirumuskan bahwa motivasi adalah suatu arahan pegawai dalam suatu organisasi agar mau bekerja sama dalam mecapai keinginan para pegawai dalam rangka pencapaian keberhasilan organisasi.
Tujuan Motivasi.
Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama, yakni sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Sumber daya manusia atau karyawan , lebih penting daripada sarana prasarana pendukung.  Motivasi dalam organisasi mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas.
Dalam rangka pengembangan organisasi maksud dan tujuan motivasi :
1.      mendorong gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan;
2.      meningkatkan kepuasan kerja karyawan, yang akhirnya akan meningkatkan kinerjanya;
3.      meningkatkann produktifitas kerja karyawan;
4.      meningkatkan loyalitasdan integritas karyawan;
5.      meningkatkan kedisiplinan karyawan;
6.      meningkatkan kehadiran karyawan.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :

Soekidjo Notoatmodjo, 2012., Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. 

Senin, 29 Juli 2013

Pendidikan Kesehatan Gigi : Pengertian

Pengertian, Batasan dan Teknik PKG.
Suatu usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi dan mulut, menjadi lebih menguntungkan dalam kesehatan gigi dan mulut.

Masyarakat diberi motivasi untuk memperbaiki cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui usaha – usaha pendidikan.
Dalam rangka pencapaian derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal, perlu dilakukan langkah – langkah :
1.      Meningkatkan kemampuan keterampilan sumber daya manusia sebagai pendidik kesehatan gigi dan mulut dalam masyarakat.
2.      Melaksanakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang program pendidikan kesehatan gigi dan mulut
3.      Meningkatkan kemampuan perencanaan program pendidikan kesehatan gigi dan mulut.

Teknik Pendidikan Kesehatan Gigi :
Segala macam cara dan teknik dengan menggunakan media tertentu yang terencana dan terarah memakai prinsip-prinsip pendidikan dan teori komunikasi.
Dalam melakukan perencanaan pendidikan kesehatan gigi, harus diperhatikan dan diselaraskan dengan tahapan perubahan perilaku, sebagai berikut :
1.      Tahap sadar(awarness),
2.      Tahap tertarik(interest),
3.      Tahap evaluasi(evaluation),
4.      Tahap mencoba(trial)
5.      Tahap adopsi((adoption)

 Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Budiharto, 2010., Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.




Sabtu, 27 Juli 2013

Pengertian, Penyebab HALITOSIS

Bau nafas

Bau napas atau bau mulut (halitosis) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bau yang tidak sedap yang keluar dari mulut saat mengeluarkan udara, baik ketika berbicara maupun bernafas. Munculnya bau tidak sedap dikarenakan oleh beberapa hal, namun yang paling sering adalah adanya masalah pada organ pencernaan serta kondisi kesehatan gigi dan mulut yang tidak baik.


Penyebab Bau Mulut (halitosis) :

Kebersihan Gigi dan Mulut Rendah
Tingkat kebersihan gigi dan mulut diukur dengan adanya kotoran / sisa makanan yang menempel pada gigi, dan banyaknya karang gigi / kalkulus pada gigi yang bersangkutan. Sisa makanan dan karang gigi yang tidak dibersihkan secara teratur akan menumpuk pada permukaan gigi dan karang gigi bisa masuk ke dalam gusi, yang selanjutnya bisa membusuk dan menimbulkan bau mulut.

Penyakit gusi.
a.      Gingivitis
b.      Periodontitis

Bakteri.
Bau mulut disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di dalam mulut. Bila gigi tidak dibersihkan secara teratur, bakteri akan menumpuk pada mulut dan menyelinap diantara gigi – geligi. Senyawa dari bakteri ini membuat baunapas tidak sedap.
Bakteri mulut yang terdapat pada sela – sela gigi, lubang gigi, dan permukaan lidah atau tonsil (amandel), apabila dibiarkan terlalu lamal tanpa dibersihkan, akan mengeluarkan gas yaang kurang sedap yang berefek  pada bau yang dikeluarkan oleh mulut.

Tonsil :
Lubang pada bagian dalam tonsil (amandel) yang sisebut crypts merupakan salah satu biang keladi munculnya bau tak sedap pada mulut. Pada tonsil yang membengkak, sering terselip sisa makanan dan kuman sehingga menimbulkan bau mulut yang tidak sedap.

Gangguan perut :
Gangguan pada perut atau usus dapat menyebabkan bau mulut menjadi tidak sedap, terutama saat bersendawa. Diet rendah karbohidrat juga menyebabkan ketosis, pembakar lemak dalam tubh yang menyebabkan bau “naga”.

Mulut kering :
Kurang minum air dan mulut kering juga merupakan kontributor penyebab masalah bau mulut. Karena itulah ketika bangun tidur pada pagi hari, bau mulut kurang sedap.

Gigi rusak :
Gigi berlubang, banyak plak, karang gigi, dan gigi rusak yang tidak dirawat, dapat menjadi penyebab bau mulut tidak enak. Gigi semacam ini menjadi sarang kuman dan tempat sisa makanan yang tidak dapat dibersihkan secara tuntas hingga akhirnya membusuk, serta dapat menyebarkan bau mulut yang tidak sedap. Lidah dan gusi bengkak juga bisa menjadi sumber bau mulut tidak sedap bila tidak pernah dibersihkan.

Penyakit :
Bau mulut sebagai pertanda gejala penyakit adalah bau mulut yang timbul akibat adanya penyakit atau peradangan pada organ tubuh.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :
Manson & Ele, 1993 ;  terj. Buku Ajar Periodonti
Mundiyah Mokhtar, 1987 ; Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi.
Endah Kusumawardani, 2011 ; buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.






PENYAKIT PERIODONTAL DAN PENYAKIT JANTUNG

Penyakit  Gigi  (Periodontal) dapat menyebabkan Penyakit Jatung.
Penyakit kardiovaskuler suatu gangguan yang menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan manusia diseluruh dunia. Penyakit Jantung dan Penyakit Pembuluh Darah (PJPD) pada dasarnya bukanlah suatu penyakit menular.
Frekuensi PJPD di negara berkembang termasuk Indonesia, cenderung meningkat, berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, di Jawa – tengah 0,8 %  berpenyakit jantung (Diagnosa oleh tenaga kesehatan), dan 8,4 % berpotensi berpenyakit jantung (diagnosa oleh tenaga kesehatan dan dengan gejala).
Penyakit kardiovaskuler ada (tiga) katagori :
1. Penyakit serebrovaskuler ; penyakit pembuluh darah yang mensuplai otak. Implikasinya meliputi stroke (kerusakan sel otak karena kurangnya suplai darah) dan transient ischaemis attack (kerusakan sementara pada penglihatan, kemampuan berbicara, rasa atau gerakan)
2.      Penyakit pembuluh darah yang mensuplai jantung (penyakit jantung koroner) ; implikasinya meliputi angina (nyeri dada), aritmia (irama jantung abnormal) dan infark mikard (serangan jantung)
3.      Penyakit vaskuler perifer ; penyakit pembuluh darah yang mensuplai tangan dan kaki yang mengakibatkan rasa sakit yang sebentar datang dan pergi, serta rasa sakit karena kram otot kaki saat olah raga.
Serangan jantung dan stroke disebabkan oleh aterosklerosis (penumpukan lemak) pada dinding arteri pembuluh darah yang mensuplai jantung dan otak. Aterosklerosis merupakan penyakit progresif yang melibatkan arteri muskuler berukuran besar dan arteri elastis besar dilanjutkan pada mikrosirkulasi yang terdiri dari pusat intimal yang mengalami nekrose.  Mikrosirkulasi yang meradang rentan terhadap penyumbatan (trombosis) karena adanya plak yang lengket. Sel yang mengalami lisis mengandung ester kolesterol, foam cell yang mengandung lipid serta fibrin dan fibrinogen pada permukaan dinding pembuluh darahnya.
Penyakit gigi dan mulut diantaranya penyakit periodontal, dapat berperan sebagai fokal infeksi yang mengakibatkan penyakit jantung. Fokal infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit di tempat lain. Racun, sisa-sisa kotoran, maupun mikroba dapat  menyebar ke tempat lain di tubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit. Dampak penyakit gigi pada jantung dapat berupa penyakit jantung koroner, peradangan otot, serta katup (endokarditis). Bakteri yang terbawa dan ikut aliran darah bisa memproduksi enzim yang mempercepat terbentuknya bekuan darah sehingga mengeraskan dinding pembuluh darah  jantung (aterosklerosis). Bakteri dapat juga melekat pada lapisan (plak) lemak di pembuluh darah jantung dan mempertebal plak. Sehingga dapat  menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung, sehingga fungsi jantung terganggu.
Glurich dkk (2002), studi epidemiologis mendapatkan bahwa infeksi lokal penyakit periodontal dapat menyebabkan gangguan mediator inflamasi pada penyakit sistemik sehingga menimbulkan aterosklerosis.
Menurut Kinane (1998) penyakit periodontal erat hubungannya dengan infeksi terutama pada kardiovaskuler dengan beberapa alasan, yaitu banyaknya bakteri gram negatifdi jaringan pendukung gigi, keberadaan sitokin proinflamasi di jaringan periodontal, infiltrat inflamasi, dan adanya tanda – tanda imun dengan fibrinogen perifer dan jumlah sel darah putih yang meningkat, serta penyakit yang bersifat kronis seperti gingivitis.
Etiologi yang sama sebagai tanda klinis dan laboratoris antara penyakit jantung dan penyakit periodontal adalah ; hubungan dengan usia, pendidikan, jenis kelamin, perokok, status sosial, peminum alkohol, hipertensi dan stres. Menurut Beck (1996) tanda – tanda kesamaan penyakit periodontal dan ateroskerosis antara lain :
1.   Muculnya sel – sel monositik dan sitokin yang berperan dalam memicu terjadi peradangan mikrosirkulasi.
2.      Timbulnya hiperinflamasi yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan
3.      Penyakit berlangsung kronis dan mengganggu secara sistemik



Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :
Mundiyah Mokhtar, 1978., Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi.
Sudibyo, 2003., Penyakit Periodontal sebagai Fokus Infeksi Faktor Risiko terhadap Manifestasi Penyakit Sisitemik.
Bustam, 2007., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Depkes, 2008., Riskesdas 2007.

Pudiastuti. RD, 2013., Penyakit – penyakit Mematikan.

FOKAL INFEKSI : Periodontal

Penyakit  Periodontal sebagai Fokus Infeksi.
Penyakit periodontal disamping menimbulkan masalah dalam rongga mulut, juga dapat menjadi problem terhadap organ vital lain.
Fokus infeksi merupakan asal mula dan penyebab berkembangnya penyakit sistemik seperti arthritis, ulcus peptik dan apendisitis. Fokal infeksi terutama yang disebabkan oleh penyakit periodontal di permukaan marginal maupun apikal merupakan faktor risiko terjadinya penyakit sistemik.

Penyakit periodontal merupakan reaksi inflamasi, yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal bersifat kronis, perkembangannya lambat dan umumnya tidak diikuti gejala.
Pembengkakan gingiva bisa saja merupakan manifestasi dari penyakit sistemik.
Gigi dan jaringan mulut yang tidak dibersihkan merupakan pusat infeksi. Ada tiga jalur infeksi dalam rongga mulut, yaitu :
1.      Melalui infeksi metastatik, rongga mulut sebagai akibat dari bakteriaemia.
Infeksi diakibatkan karena prosedur dental dan infeksi rongga mulut dapat menyebabkan bakteri sementara tinggal pada organ tertentu dalam tubuh, bakteri dapat memasuki aliran darah.
Penyakit yang termasuk infeksi metastatik :
·         endokarditis sub akut
·         abses otak
·         trombosis sinus cavernosus
·         sinusitis
·         infeksi paru – paru
·         selulitis mata
·         ulcus di kulit dan
·         osteomielitis
2.      Melalui luka metastatik, karena efek toksin bakteri yang sedang bersirkulasi
Bakteri mampu memproduksi protein yang dapat mengadakan difusi atau eksotoksin, berupa enzim sitolitik dan toksin.
Penyakit yang termasuk akibat luka metastatik :
·         Infark cerebral
·         Infark miokardial
·         Kehamilan tak normal
·         Neuralgia nervus trigeminus
3.      Inflamasi metastatik,
Adanya antigen yang larut dalam aliran darah bereaksi dengan antibodi spesifik yang bersirkulasi dan membentuk komplek makromolekul imunokoompleks yang akan menimbulkan berbagai reaksi akut maupun kronis pada daerah bakteri berkoloni
Penyakit termasuk inflamasi metastatik :
·         Urtikaria kronis
·         Inflamasi usus besar
·         Sindrom Behcet
           


Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :
Mundiyah Mokhtar, 1978., Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi.

Sudibyo, 2003., Penyakit Periodontal sebagai Fokus Infeksi Faktor Risiko terhadap Manifestasi Penyakit Sisitemik.