Sabtu, 30 November 2013

UKGS Tahap III

UKGS tahap III (Paket Optimal UKGS)
Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokterkecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi dan mulut.

1.    Pendidikan dan penyuhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes / guru pembina UKS / dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku untuk semua murid kelas I – VI, dilaksanakan miniimal  satukali tiap bulan
2.      Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I – III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
3.      Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.
4.   Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut.
5.      Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di sekolaleh atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas I dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi susu karies lebih dari 8 gigi bagi fissure sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh.
6.      Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I – VI (care on demand)
7.      Rujukan bagi yang memerlukan.
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :

Pedoman UKGS, 2012 

Kamis, 28 November 2013

UKGS TAHAP II


UKGS tahap II (Paket Standar UKGS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang terbatas, kegiatannya adalah :

1.      Pelatihan kepada Gugu Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi dan mulut.
2.      Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes / guru pembina UKS / dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku untuk semua murid kelas I – VI, dilaksanakan miniimal  satukali tiap bulan
3.      Pencegahan penyakit gigi dan mulutdengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I – III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
4.      Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa oleh guru
5.   Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut.
6.    Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di sekolaleh atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas I dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi susu karies lebih dari 8 gigi bagi fissure sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh.
7.      Rujukan bagi yang memerlukan.
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012




UKGS TAHAP I


Untuk pemerataan jangkauan UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan mulut yang harus dicapai, maka perlu ditettapkan strategi pentahapan UKGS yang disesuaikan dengan paker – paket :


UKGS Tahap I (Paket Minimal UKGS).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi dan mulut.
Tim Pelaksana UKS di SD dan MI melaksanakan kegiatan, yaitu :
1.      Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrgasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi dan mulut.
2.      Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulutdilaksanakan oleh guru penjaskes / guru pembina UKS / dokter kecil sesuai dengan kurilkulum yang berlaku untuk semua murid kelas I – VI, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
3.      Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melasanakan kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I – III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigiyang mengandung fluor.


Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012




Senin, 25 November 2013

Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut


Dalam mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), ada beberapa komponen target yang harus dicapai.


1.      Target jangka pendek 2014
a.       Penjaringan kelas I pada awal tahun ajaran tercapai 100 %
b.      Prevalensi bebas karies pada M1 sebanyak 50 %
c.       Penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan di SD 80 %
d.      Kegitan sikat gigi bersamadilaksanakan setiap hari di SD 50 %
                                       
2.      Target derajat kesehatan  gigi dan mulut tahun 2020:
a.       Angka bebas  karies (gigi bercampur)  umur 6 tahun ≥ 50 %
b.      Angka bebas karies kelas 6 ≥ 70 %
c.       DMF-T usia 12 tahun ≤ 1
d.      PTI  = 50 %
e.       Angka dentally fit kelas 6  ≥ 85 %

Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012



Tujuan dan Sasaran UKGS


 Tujuan UKGS secara umum tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.
Sedangkan tujuan UKGS adalah :

1.  Meningkatnya pengetahuan, sikap dalam tindakan peserta didik dalam memelihara kesehatan gigi  dan mulut.
2.  Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya promotif  - preventif.
3. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik yang memerlukan.
Sasaran UKGS:
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi :
1.      Sasaran primer ; peserta didik (murid sekolah) TK, SD, SMP, SMA dan sederajat.
2.      Sasaran sekunder ; guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta TP UKS disetiap jenjang.
3.      Sasaran skundekur ;
a.   Lembaga pendidikan   dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, terma.suk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.
b.      Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
c.       Lingkungan ;
·   Lingkungan sekolah
·   Lingkungan keluarga
·   Lingkungan masyarakat
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012


Jumat, 22 November 2013

Pengertian Oklusi Gigi


Oklusi gigi geligi adalah berkontaknya permukaan oklusi gigi geligi di rahang atas dengan oklusal gigi geligi di rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup.

Posisi (kedudukan) gigi geligi di rahang dan cara oklusi ditentukan oleh proses perkembangan gigi dan struktur jaringan sekitarnya yang terjadi selama masa pembentukan, pertumbuhan dan perubhan postnatal. Oklusi pada setiap orang berbeda menurut besar dan bentuk gigi, posisi gigi di rahang, waktu erupsi dan urutan erupsi gigi, besar dan bentuk lengkung gigi  serta pada pertumbuhan kraniofacial.
Selain itu, apa yang dianggap abnormal pada umur tertentu barangkali normal pada umur berikutnya. Sebagai contoh yang baik ialah adanya maloklusi yang sifatnya sementara yaitu gigi berjejal (crowding) yang terjadi pada  saat gigi incisivus erupsi, kecenderungan hubungan gigi molar pertama permanen atas dan bawah seperti pada maloklusi Angle kelas dua, sebelum gigi molar kedua decidui tanggal. Ugly Duckling yaitu posisi gigi – gigi insisivus lateral yang inklinasinya mengarah ke distal sehingga posisi gigi anterior atas menyebar seperti kipas sebelum lidah sempat mempengaruhi gigi tersebut. Kelaiinan – kelainan tadi sangat penting untuk diketahui oleh seorang dokter gigi. Mengapa kelainan – kelainan tersebut terjadi dan apakah tidak merintangi usaha alam untuk mencapai pola normal dan susunan letak gigi yang normal. Hal semacam ini perlu dipelajari karena baik ahli orthodonti maupun dokter gigi umum sering berbust krds;shsn dengan menggunakan alat orthodonti untuk merawat maloklusi pada saat yang tidak tepat, sehingga mengganggu pola perkembangan normal. Hasil perawatan seringkali menjadi kurang baik atau malahan merusak gigi dan jaringan pendukungnya.
Diambil dari berbagai sumber; diantaranya :
Harkati Dewanto, Aspek – aspek Epidemiologi Maloklusi. 1993.







Kamis, 21 November 2013

Pengertian UKGS


Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah dan berkesinambungnan.
Intervensi perilaku :
1.  Penggerakkan guru, dokter kecil, orang tua muris melalui lokakarya / pelatihan.
2. Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan menggunakan pasta gigi berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru / dokter kecil
3.       Pembinaan oleh tenaga kesehatan
Intervensi lingkungan :
1.       Fluoridasi air minum
2.       Pembinaan kerjasama lintas program / lintas sektor melalui UKS
Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi individu pada pe serta didik yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut, meliputi surface protection, fissure sealant, kegiatan scalling, penambalan dengan metode ART, pencabutan, aplikasi fluor atau kumur – kumur dengan larutan yang mengandung fluor bisa dilaksanakan di sekolah, di Puskesmas atau di praktek dokter gigi perorangan / dokter gigi keluarga.

Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012


Indikator status kesehatan gigi dan mulut


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari  pelayanan kesehatan secara kesseluruhan, telah menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan ADR.

Indikator  Global Goals for Oral Health 2020, adalah :
1.       Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit
2.       Peningkatan proporsi bebas karies pada usia 6 tahun
3.       Penurunan komponen D dari  DMF – T pada usia 12 tahun, dengan perlhuhatian  khusus pada kelompok beresiko tinggi.
4.       Berkurangnya jumlah gigi diekstraksi karene kat\ries pada usia 18 tahun
(Target penurunan tidak diberikan secara spesifik karena disesuaikan dengan faktor lokal)
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012


Rabu, 20 November 2013

TUJUAN MOTIVASI

Tujuan Motivasi.
Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama, yakni sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Sumber daya manusia atau karyawan , lebih penting daripada sarana prasarana pendukung.  Motivasi dalam organisasi mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas Dalam rangka pengembangan organisasi maksud dan tujuan motivasi adalah

1.      Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan.
2.      Meningkatkan kepuasan kerja karyawan, yang akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.
3.      Meningkatkann produktifitas kerja karyawan.
4.      Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan
5.      Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
6.      Meningkatkan kehadiran karyawan.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.


TEORI MOTIVASI HERZBERG

Teori “Dua Faktor” Herzberg
Herzberg’s Two Factors Motivation Theory, menurut  teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannya, yakni ;
1)   Faktor – faktor sebab kepuasan (satisfier)atau faktor motivasional. Faktor penyebab kepuasan ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang, yang meliputi serangkaian kondisi instrinsik. Apabila kepuasan kerja dicapai dalam pekerjaan, makan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat bagi seorang pekerja, dan akhirnya dapat menghasilkan keinerja yang tinggi. Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antara lain :
a)      Prestasi(achievement)
b)      Penghargaan(recognation)
c)      Tanggungjawab (responsibility)
d)     Kesempatan untuk maju (posibility of  growth)
e)      Pekerjaan itu sendiri (work)
2)   Faktor – faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau faktor higiene. Faktor – faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakekat manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniah.
Hilangnya faktor – faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja (disatisfaction). Faktor higienes yang menimbulkan ketidakpuasan kerja ini antara lain :
a)      Kondisi kerja fisik (physical environment)
b)      Hubungan interpersonal (interpersonal relationship)
c)      Kebijakan dan administrasi perusahaan (company and administration policy)
d)     Pengawasan (supervision)
e)      Gaji (salary)
f)       Keamanan kerja (job security)
Dari teori Hezberg ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1)   Faktor – faktor yang dapat meningkatkan atau memotivasi karyawan dalam meningkatan kinerjanya adalah kelompok foktor –faktor motivasional (satisfiers).
2)   Perbaikan gaji, kondisi kerja, kebijakan organisasi dan administrasi tidak akan menimbulkan kepuasan, melainkan menimbulkan kepuasan. Sedangkan faktor yang menimbulkan ketidakpuasan adalah hasil kerja itu sendiri .
3)   Perbaikan faktor higiene kurang dapat mempengaruhi terhadap sikap kerja yang positip.
Diambil dari berbagai sumber. Diantaranya :

Soekidjo Notoatmodjo, 2007., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

TEORI MOTIVASI Mc GREGOR

Teori Mc Gregor
Teori X dan Y, teori ini didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern (teori Y).
Teori X bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari anggapan :
1)      Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja
2)      Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja
3)      Pada umumnya manusia kurang berambisi
4)      Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggungjawab, melainkan suka diatur dan diarahkan
5)      Pada umumna manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu dalam melakukan pekerjaan harus diawasi dengan ketat dan harus dipaksa untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi.
Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa :
1)        Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif.
2)        Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka bekerja
3)        Pada umumnya manusia dapat berprestasi dan menjalankan pekerjaannya
4)        Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi
5)   Pada umumnya manusia itu selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.

Soekidjo Notoatmodjo, 2007., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku